Dianggap Terlalu Mahal, Kemenkes Tawar Harga Layanan Internet Starlink ke Elon Musk
Foto: Kompas
LiveNews – Puskesmas merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang memiliki peranan yang penting. Terlebih Puskesmas menjadi salah satu pelayanan kesehatan utama di daerah-daerah terpencil. Untuk memaksimalkan pelayanan kesehatan yang diberikan, Budi Gunadi Sadikin selaku Menteri Kesehatan telah mencoba untuk mendigitalisasi pelayanan di Puskesmas.
Salah satu tindakan yang dilakukan untuk mewujudkan langkah ini adalah bekerjasama dengan layanan internet Starlink demi memberikan koneksi internet yang baik di puskesmas daerah terpencil. Kini, Budi tengah berusaha mendapatkan layanan internet Starlink dengan harga yang lebih terjangkau.
Budi Gunadi Sadikin Membujuk Elon Musk Menurunkan Harga Layanan Starlink
Ilustrasi budi gunadi sadikin. Foto: Bisnistekno
Budi Gunadi Sadikin selaku Menteri Kesehatan mengaku tengah merayu CEO Space X yaitu Elon Musk, untuk bersedia menurunkan harga layanan internet Starlink untuk puskesmas. Budi berusaha untuk mendapatkan layanan internet Starlink dengan harga 20 – 50 USD atau sekita Rp.300.000 – Rp.700.000 per bulan. Normalnya layanan ini dapat diakses dengan harga 50-100 USD.
Alasan penurunan harga yang coba diajukan ini adalah karena harga yang ditawarkan dirasa telah cukup layak untuk mendapatkan layanan kapasitas internet yang cukup cepat. Selain itu berkaca pada negara Rwanda yang mendapatkan penawaran khusus diangka 20 USD, Budi rasa Indonesia bisa mendapatkan harga yang sama. “Saya bilang kita tidak semiskin Rwanda, tapi jangan dikasih tarif US$ 50 per bulan. Kami minta agar diberikan harga angara US$ 20-50 per bulan untuk 200 mbps,” ungkap Budi.
Saat ini Kemenkes tengah melakukan finalisasi kerja sama untuk pengadaan akses internet oleh Starlink. Pengadaan akses internet ini difokuskan untuk Puskesmas dan layanan kesehatan di daerah terpencil. Terdapat 2.200 puskesmas yang teridentifikasi memiliki memiliki akses yang buruk. Namun dari jumlah yang besar itu, Kemenkes berencana untuk menggunakan layanan internet Starlink bagi 745 puskesmas.
Baca Juga : Lagi-lagi Data Bocor, 23 Juta Data Tes Antigen Indonesia Diduga Dibobol Hacker
Alasan pengadaan layanan ini adalah untuk melakukan digitalisasi secara masif. Dimana nantinya digitalisasi ini akan membantu fasilitas kesehaan yang tersedia di daerah terpencil. Secara lebih detail, pengadaan digitalisasi ini diharapkan dapat membantu skrining vaksinasi, imunisasi, timbangan antroprometri untuk stunting. Karena layanan ini memanglah membutuhkan koneksi internet yang mempuni untuk digunakan.
“Ini merupakan upaya kami memastikan layanan kesehatan yang setara dan merata. Puskesmas sebagai garda terdepan untuk menciptakan masyarakat yang sehat harus dipastikan infrastrukturnya memadai,” ungkap Budi.
Layanan internet Starlink milik Elon Musk ini dipilih dengan alasan, bahwa puskesmas dapat memiliki kapasitas internet hingga 200 mbps. Terlebih harga yang ditawarkan lebih murah dengan harga yang diberikan oleh provider internet lokal di Indonesia. Berdasarkan catatan Katadata, pelayanan internet di Indonesia yang menyediakan kecepatan hingga 200 mbps hanyalah First Media. Untuk menikmati layanan ini pun, penggunanya perlu membayar Rp3,12 Juta perbulan.
Kerja sama Kemenkes dan Starlink
Ilustrasi pertemuan budi gunadi dan elon musk. Foto: Tribun
Kerja sama ini sendiri telah coba dimulai semenjak 4 Agustus 2023, dimana Budi selaku Menteri Kesehatan bertemu dengan Elon Musk di Amerika Serikat. Bekerjasama dengan layanan Starlink milik Elon Musk dianggap dapat menghadirkan solusi bagi Puskesmas di wilayah terteinggal, terdepan, dan terluar (3T). “Sebagai garda terdepan untuk menciptakan masyarakat yang sehat, infrastruktur Puskesmas dipastikan harus memadai,” ujar Budi. Oleh karena itu peningkatan konektivitas internet ini diharapkan dapat membantu tenaga kesehatan untuk dapat membuat laporan dari fasilitas pelayanan secara real time.
Layanan Internet Starlink
Ilustrasi layanan internet starlink. Foto: Sindonews
Pada pertengahan tahun 2022, Kominfo telah memberikan hak Labuh Satelit Khusus Non Geostationer pada PT. Telkom Satelit Indonesia untuk penyelenggaraan satelit milik Starlink. Layanan ini diintegrasikan dengan layanan yang ditawarkan oleh Telkom Group. Jadi layanan internet Starlink tidak memberikan akses intenet kepada pelanggan secara langsung.
Layanan internet Starlink memanfaatkan satelit yang berada di titik rendah orbit Bumi. Dengan memanfaatkan hal tersebut, perusahaan milik Elon Musk ini mengklaim dapat menawarkan layanan internet berkecepatan tinggi dengan low latency di seluruh dunia. Hal ini didukung dengan konstelasi ribuan satelit dengan jarak sekitar 550 KM dari Bumi. Jarak yang tidak terlalu jauh menghasilkan latency yang jauh lebih rendah. Sehingga, layanan internet yang ditawarkanpun bisa diakses untuk berbagai keperluan.
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News
(ras)