Nasional

Paling yang Datang Orang Tua

LiveNews – Kebijakan pemerintah yang menutup operasional TikTok Shop ternyata tidak cukup menggairahkan transaksi perdagangan konvensional di Pasar Tanah Abang.

Seorang pedagang di Pasar Tanah Abang, Yuke mengungkapkan hingga kini kiosnya masih sepi pembeli, walau pemerintah telah mengambil langkah tegas yang dinilai bakal menguntungkan usaha kecil dan menengah.

Meski masih sepi pembeli, Yuke mencoba berpikir positif. Menurutnya, dampak dari kebijakan pemerintah yang dinilai propedagang tidak bisa langsung dirasakan.

“Masih sepi saja sih. Belum ada bedanya (dengan sebelum Tiktok Shop ditutup). Mungkin nanti sebulan dua bulan lagi baru,” ujar Yuke saat ditemui di kiosnya, Pasar Tanah Abang Blok B, Selasa (10/10/2023).

Baca Juga:Kuli Panggul Ikut Terdampak Sepinya Pasar Tanah Abang Hingga Banyak yang Pulang Kampung

Yuke pun mengakui selama ini masih ada sejumlah pengunjung yang berbelanja di kios pakaian miliknya. Namun, kebanyakan di antaranya adalah orang tua.

“Kalau anak muda jarang. Paling orang tua. Kan mereka pada nggak main online-online (e-commerce). Bedanya juga beli langsung kan enak bisa cobain. Ukurannya pas apa nggak,” tuturnya.

Senada dengan Yuke, pedagang pakaian muslim untuk anak di Pasar Tanah Abang, Firman menduga sepinya penjualan sudah terjadi sejak satu tahun belakangan sejak Tiktok Shop mulai digandrungi masyarakat.

Bahkan, lebaran Idulfitri yang biasanya menjadi momen dagangan laris malah tetap sepi.

“Jadi kita bingung sekarang. Dulu ada momen, ketahuan kapan mulai ramai. Misalnya menjelang lebaran. Sekarang nggak tentu,” tuturnya.

Baca Juga:Pemerintah Tutup TikTok Shop, Pedagang di Pasar Tanah Abang Masih Sepi Pembeli

Firman mengatakan, faktor utama pedagang pasar kalah saing dengan Tiktok Shop lantaran masalah harga. Para penjual di platform social commerce itu dikatakannya menjual dengan harga jauh lebih murah.

Baca Juga:   Profil Bupati Banyumas Achmad Husein, Diskakmat Mahasiswa Gegara Tanya Pilihan Capres

“Sekarang gini, bahan saya jualan sama kayak impor misalnya. Kita jual grosir Rp 115 ribu. Di TikTok atau online lain itu di bawahnya, bisa Rp 70 ribu. Kita hitung produksi biayanya nggak ketemu,” ucap Firman.

Selain itu, ia melihat ada faktor pendapatan masyarakat yang juga menurun.

Ia menduga salah satunya seperti musim kemarau panjang yang membuat gagal panen di sejumlah daerah.

“Faktor kemarau juga ada. kalo daerah kan gagal panen, nggak punya duit. Terus juga sekarang online berpengaruh besar.

Namun, Firman menyebut kebijakan pemerintah menghapus Tiktok Shop belum bisa langsung terasa dampaknya.

Ia pun berharap dalam waktu dekat masyarakat bisa kembali meramaikan Pasar Tanah Abang.

“Belum, nanti ngaruh sebulan dua bulan mungkin ya. Orang kan belum mau beli. nanti ada mungkin pengaruh,” katanya.

Related Articles

Back to top button