Tekno

Terlalu Sukses, Baldur’s Gate III Dianggap Anomali oleh Developer Game Lain

Sumber: Steam

LiveNews – Jika kita kembali ke tahun 1998, saat game pertama Baldur’s Gate dirilis, mungkin para gamer saat itu serentak mengatakan, “Wah, luar biasa!” Game RPG ikonik ini membawa kita ke dunia fantasi penuh petualangan dan seru. 

Kini berselang 25 tahun semenjak seri pertama dirilis, Larian Studios secara resmi merilis seri ketiganya yakni Baldur’s Gate III pada 3 Agustus lalu. Seri ketiga ini disebut-sebut terlalu sukses hingga orang-orang bingung karena pujian yang terus menerus mengalir untuk game ini.

Apa Itu Seri Baldur’s Gate?

Sejak pertama kali dirilis di tahun 1998, seri Baldur’s Gate sudah menjadi andalan di industri gaming. Dikembangkan oleh BioWare, seri ini mengusung cerita yang keren, karakter-karakter yang kompleks, dan gameplay yang menakjubkan. 

Dunia fantasi yang terinspirasi dari abad pertengahan di dalam Baldur’s Gate sukses membuat hati para gamer di seluruh dunia meleleh dengan kekayaan sejarah dunia dan visual yang memukau. Warisan dari seri ini terlihat dari sekuelnya, spinoff, dan versi remaster-nya, juga fan base yang terus setia mendukung game-game ini. Bahkan setelah lebih dari dua puluh tahun sejak game pertamanya dirilis, Baldur’s Gate masih tetap menjadi game klasik yang disayang dan punya rumah sendiri di dunia gaming.

Baldur’s Gate III

Sumber: Steam

Larian Studios sebenarnya telah meluncurkan Baldur’s Gate 3 dalam mode early access pada Oktober 2020. Para gamer bisa mencoba act pertama dari game ini. Dalam masa early access ini, Larian Studios mendengarkan berbagai masukan dari komunitas dan terus-menerus membuat perbaikan dalam game-nya selama hampir tiga tahun. Versi lengkapnya dirilis tanggal 3 Agustus 2023 lalu, dan review yang keluar sangat positif hingga sekarang, mencapai skor 94% di platform Steam hingga artikel ini dibuat. 

Baca Juga: 7 Deretan Virtual Games NFT yang Akan Populer di 2022

Baldur’s Gate III sangat berbeda dibanding game-game lain dengan berbagai alasan. Pertama, game ini kembali ke gaya klasik role-playing game yang hits di akhir tahun 90an dan awal 2000an. Namun kali ini mereka memasukan pembaruan-pembaruan modern dan kemajuan teknologi yang membuat pengalaman gaming-nya menjadi unik.

Baca Juga:   Seriusan? AI Bisa Bantu Diagnosis Serangan Jantung?

Sumber: Steam

Baldur’s Gate 3 dikemas di dunia Forgotten Realms yang keren dari Dungeons & Dragons. Berbeda dari seri sebelumnya yang dikembangkan dari BioWare, sekuel terbaru dari Larian Studios ini membawa ruleset D&D edisi kelima menjadi lebih hidup dengan ruleset yang kokoh dan fleksibel, serta kreativitas yang tidak ada batasnya.

Saat kamu bermain game-nya, kamu akan disuguhkan petualangan epik sembari membuat karakter keinginanmu sendiri, dengan berbagai kelas, spesies, ciri khas, dan latar belakang. Atau, kamu bisa mengalami cerita yang sudah diracik oleh sang developer dari mata salah satu dari enam karakter teman seperjalanan di sini, masing-masing memiliki suara yang memikat dan latar belakang yang mendalam.

Sumber: Steam

Game ini sangat berbeda dari game-game lainnya di pasaran. Kamu akan merasa tenggelam di dunianya, menjelajahi dunia yang kaya dan membuat pilihan-pilihan hidup yang pada akhirnya menentukan nasibmu. Tingkat kebebasan seperti ini yang membuat Baldur’s Gate III berbeda dari game-game lain.

Mengapa Baldur’s Gate III Menjadi Anomali

Baldur’s Gate 3 memang tidak bisa disangkal lagi adalah game yang terkenal dan besar. Siklus pengembangannya yang lama dan lingkup gameplay yang ambisius sudah menunjukannya sendiri.

Karena itulah, siapa yang bisa menolak saat Baldur’s Gate 3 menjadi kandidat kuat untuk Game of the Year? Dengan lingkup yang tidak ada tandingannya di dunia RPG modern, Larian Studios meningkatkan level permainannya. Namun hal ini malah menjadi sebuah perdebatan panas di X saat seorang developer mengatakan kalau game RPG lain mungkin akan kesulitan mengejar level kualitas game ini.

Baca Juga: Pendiri Reddit: Lima Tahun Lagi, Game Kripto Berkuasa

Terdapat salah seorang pengguna X, @WritNelson, juga dikenal sebagai Xalavier Nelson Jr., mengeluarkan pernyataan di sebuah thread. Developer ini cukup terkenal karena membuat game indie Space Warlord Organ Trading Simulator. Tweet yang ditulisnya mengundang perdebatan banyak orang di dunia maya.

Baca Juga:   Tren Melacak Kebugaran hingga Diagnostik Medis Menggunakan Teknologi Wearable

Sumber: Twitter

“Seperti kebanyakan orang, Saya juga tertarik sekali dengan apa yang dicapai oleh orang-orang hebat di Larian dengan Baldur’s Gate 3, tapi dengan halus, dari sekarang, Saya menolak gamer yang bahagia dengan game ini dan memakainya sebagai alat kritik atau “standar yang lebih tinggi” untuk RPG ke depannya.”

Menurutnya, ada beberapa faktor yang membuat Baldur’s Gate 3 berbeda dari sebagian besar RPG yang ada:

  • Punya siklus pengembangan yang panjang yang dimulai dari tahun 2017.

  • Tim di Larian Studios memiliki banyak pengetahuan teknis dan institusional dari game-game sebelumnya, seperti Divinity: Original Sin dan Original Sin II.

  • Mereka punya periode Early Access yang sukses selama tiga tahun, di mana mereka mendapat banyak masukan berharga dari komunitas, menyelesaikan seluruh bug, dan menghasilkan pendapatan tetap.

  • Dengan lebih dari 400 developer yang tersebar di tujuh kantor, mereka memiliki tim yang besar.

  • Mereka memiliki lisensi untuk salah satu IP gameboard terbesar, Dungeons & Dragons.

Nelson Jr. khawatir jika Baldur’s Gate 3 bisa menjadi standar baru untuk genre game tersebut, yang bisa saja membuat ekspektasi yang tidak realistis untuk tim lain yang tidak punya sumber daya, alat, dan pengalaman yang sama seperti Larian Studios.

Baca Juga: 5 Android Rp1 Jutaan yang Cocok untuk Gaming FPS dan MOBA

Thread Nelson Jr. menjadi viral dan mendapat dukungan dari developer lain dari perusahaan-perusahaan AAA dan studio indie, yang semuanya setuju dengan poin utamanya.

Ryan McCabe, manajer desain di Insomniac Games, mengimbau gamer untuk tidak mengukur ekspektasi terhadap game RPG berdasarkan satu game saja, karena itu “tidak membantu dan bodoh.”

Menurut Nic Tringali, seorang desainer game di Lunar Division (The Banished Vault), gamer seharusnya selalu mempertimbangkan jam kerja dan sumber daya yang diinvestasikan di game sebelum mengeluarkan penilaian berdasarkan standar tertentu. “Game tidak harus terus tumbuh besar dalam ukuran atau kompleksitas tanpa henti; itu hanya narasi yang dibuat oleh perusahaan teknologi,” katanya.

Baca Juga:   Manfaat Kecerdasan Buatan (AI) dalam Industri Otomotif

Sumber: Twitter

James Berg, manajer program teknis senior untuk aksesibilitas di XBOX, menyoroti bahwa usaha pengembangan yang diinvestasikan di Baldur’s Gate 3 dengan mudah bisa sebanding dengan usaha gabungan dari dua hingga tiga game RPG lainnya. “Skalanya sama hebatnya seperti Rockstar. Hanya beberapa grup studio yang bisa mencoba meraih pencapaian semacam itu.”

Respon dari Komunitas Gaming

Untuk kebanyakan gamer, hal ini bukanlah masalah mereka. Beberapa gamer mungkin bisa mengerti dampak negatif dari manajemen yang berantakan atau divisi kreatif  yang selalu bergesekan, namun kebanyakan gamer hanya ingin pengalaman yang menarik dari semangat developer-nya.

Karena alasan itulah, tidak mengherankan jika para gamer justru mencerca pandangan Nelson Jr., dan melihat ini hanya sebagai alasan untuk mengelak.

“Baldur’s Gate 3 memberi kejutan untuk para developer dan jurnalis, hingga para developer game lainnya bilang, ‘Hei! Para Gamer! Jangan ambil ini sebagai tolak ukur RPG baru! Ini pengecualian! Tidak adil jika dibandingkan dengan Baldur’s Gate 3!!'”

Sumber: Twitter

“Saya sudah mendukung Larian studios dari dulu saat mereka developer kecil yang tidak dikenal. Lucu sekali melihat developer AAA besar iri melihat Baldur’s Gate 3 menjadi standar baru.”

Sumber: Twitter

“Parah sekali developer-developer AAA yang komplain tentang Baldur’s Gate 3 dan berkata kepada para gamer untuk tidak membandingkan mereka dengan game itu. Itu seperti mengaku mereka mampu membuat game selevel itu, namun memilih untuk tidak membuatnya”

Tentu saja konsumen punya kendali penuh dengan argumen ini. Karena mereka yang mengeluarkan uang untuk membeli game seharga Rp.600.000 lebih tersebut, dan biasanya banyak yang berakhir biasa saja atau justru penuh bug. Mereka punya hak penuh meminta kualitas yang tinggi untuk setiap produk yang keluar.

Cek juga berita dan artikel lainnya di Google News!

(AA)

Related Articles

Back to top button