Bisnis

Mal-mal di Jakarta Kini Sepi, Banyak yang Dijual Buat Bayar Utang

LiveNews – Kabar sejumlah pusat perbelanjaan yang sepi di Jakarta tampaknya mulai membuat pemiliknya tak sanggup lagi mengelola hingga terpaksa menjualnya.

Terbaru, PT Cowell Development Tbk yang resmi menjual Plaza Atrium Senen pada 16 Agustus 2023 lalu.

Kondisi keuangan yang pailit imbas sepinya mal membuat emiten dengan kode saham COWL memutuskan menjual Plaza Atrium Segitiga Senen tersebut.

Informasi penjualan itu diumumkan melalui keterangan perusahaan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI).

Baca Juga:Bisnis Mal Mulai Pulih, LPKR Potensi Cuan

Pengumuman itu menyebut eksekusi terhadap hak pengelolaan gedung Plaza Atrium Segitiga Senen oleh PT Euro Tanada selaku pemegang jaminan atas fasilitas yang diberikan oleh PT Bank QNB Indonesia Tbk dan Qatar National Bank (Q.S.C) Singapore Branch.

“Berdasarkan Akta Perjanjian Penyerahan Piutang (Cessie) antara QNB Indonesia, Tbk dan Qatar National Bank (Q.S.C) Singapore Branch dengan PT Euro Tanada No. 49 tanggal 27Maret 2023 dibuat dihadapan Indrasari Kresnadjaja, S.H.,M.Kn notaris di Jakarta Selatan,” bunyi pengumuman tersebut.

Akibat penjualan itu, revenue atau pendapatan Cowell berkurang signifikan.

Yap, fenomena mal sepi masih terjadi hingga saat ini, padahal pembatasan pengunjung saat pandemi COVID-19 sudah dicabut. Mal-mal sepi ini marak terjadi di Jakarta.

Di pusat grosir Tanah Abang, Jakarta Pusat misalnya, banyak pertokoan yang tutup imbas dari pandemi dan maraknya online shopping. Pemandangan sejumlah toko yang tutup dalam waktu terkahir sudah biasa dijumpai hingga saat ini.

Baca Juga:Seorang Perempuan di Kabupaten Maros Lakukan Body Shaming ke Pengunjung Mal, Endingnya Menangis Depan Polisi

Begitu juga dengan Glodok City, Jakarta Barat, yang merupakan pusat perbelanjaan barang elektronik legendari di Jakarta yang kini kondisi sepi bak kuburan.

Baca Juga:   Sri Mulyani: Ketegangan Geopolitik Tak Menentu dan Cenderung Memburuk

Sempat berjaya pada masanya, pusat perbelanjaan yang dibangun di tahun 1980-an ini perlahan memudar eksistensinya. Banyak kios terpaksa tutup setelah pandemi menghantui. Kini, hanya ada beberapa toko yang masih mencoba bertahan. Beberapa kios bahkan bertuliskan “dijual” atau “disewakan”.

Related Articles

Back to top button